PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

Orang tua dalam membina dan membimbing buah hatinya merupakan suatu hal yang sangat vital. Pendidikan yang terima oleh seorang anak, diawali dari para orang tuanya. Pendidikan keluarga yang ditanamkan kepada anak merupakan pondasi dasar pendidikan anak di masa-masa yang akan datang. Dengan istlah lain keberhasilan anak khususnya pendidikan, sangat bergantung pada pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya dalam lingkungan keluarga. Namun demikian saat ini belum sepenuhnya disadari oleh para orang tua betapa pentingnya peran orang tua dalam pendidikan anak. Terlebih lagi peran orang tua terhadap pendidikan anak yang mengalami kebutuhan khusus. Justru terkadang sikap orang tua cenderung tidak menganggap penting pendidikan bagi mereka. Persoalan ini sebabkan banyak hal, disamping karena adanya faktor ketidak fahaman orang tua tentang pendidikan anak yang berkebutuhan khusus, akibat rendahnya pendidikan orang tua, faktor lain yang justru lebih miris, ketika orang tua secara sadar dan sengaja tidak mau memperdulikan pendidikan anaknya, karena merasa khawatir, malu, dan menganggap sebagai aib mempunyai anak berkebutuhan khusus. Sehingga tidak jarang anak yang mengalami kebutuhan khusus oleh para orang tuanya ditelantarkan, dan bahkan diasingkan atau dipasung.

Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Dunia Pendidikan

Anak berkebutuhan khusus merupakan sebutan bagi anak yang memiliki kekurangan, yang tidak dialami oleh anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus (children with special needs) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang mengalami kelainan/penyimpangan fisik, mental, maupun karakterisitik perilaku sosialnya. Berikut jenis-jenis anak berkebutuhan khusus:

  1. Autisme

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi. Gejala ini mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun, bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir. Anak autis mempunyai masalah dalam bidang; komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, pola bermain, perilaku, dan emosi.

2. Anak berbakat

Anak berbakat adalah anak-anak yang memiliki kemampuankemampuan yang unggul atau luar biasa sehingga mampu mencapai prestasi yang tinggi. Anak-anak tersebut memiliki kebutuhan khusus karena keunggulannya sehingga membutuhkan pendidikan yang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan belajar mereka (pendidikan berdiferensiasi) agar dapat mencapai perkembangan yang optimal.

3. Anak hiperaktif

Hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hati). Anak yang hiperaktif cenderung untuk selalu bergerak, bahkan dalam situasi yang menuntut agar mereka bersikap tenang, mereka tidak bisa berkonsentrasi dalam waktu beberapa menit saja.

4. ADHD

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder yang didefinisikan sebagai anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian, tidak dapat menerima impuls-impuls dengan baik, suka melakukan gerakan-gerakan yang tidak terkontrol, dan menjadi lebih hiperaktif. Tidak semua anak yang hiperaktif itu menyandang ADHD, tapi anak yang ADHD pasti hiperaktif.

5. Kesulitan Belajar

Anak Berkesulitan Belajar dibedakan menjadi :

  • Learning Disorder (kekacauan belajar), adalah keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan.
  • Laerning Disfunction, merupakan gejala di mana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukan subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
  • Under Achiever, mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
  • Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama  dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
  • Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu kepada gejala di mana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Selain jenis-jenis kesulitan belajar di atas, terdapat pula kesulitan belajar yang terbagi dalam bidang membaca, menulis dan berhitung (matematika).

Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Pada dasarnya pendidikan anak merupakan menjadi tanggung jawab orangtua sebagai sentral pendidikan untuk anak yang paling penting dan menentukan. Selain itu seorang anak memperoleh pendidikan, pengarahan, pembinaan serta pembelajaran untuk yang pertama kalinya dari orangtua dalam lingkungan keluarganya. Sehingga peran orang tua sangat penting dan menentukan dalam tumbuh kembang anak termasuk bagi anak berkebutuhan khusus.

Orang tua merupakan guru bagi anak tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus dalam lingkungan keluarga, di mana orang tua merupakan guru yang pertama kali memberikan pendidikan, pengarahan dan lain sebagainya. Kemudian ketika orang tua mensekolahkan anak mereka yang mengalami kebutuhan khusus, maka segala sesuatu yang disampaikan oleh guru di sekolah pastinya akan ditindak lanjuti oleh para orang tua di rumah. Disinilah kita bisa melihat peran penting orang tua untuk menjadikan anak berkebutuhan khusus menjadi seorang anak yang mandiri.

Menurut Hewett dan Frenk, penanganan dan pelayanan orang tuaterhadap anak berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut:

  1. Sebagai pendamping utama (as aids), yaitu sebagai pendamping utamayang dalam membantu tercapainya tujuan layanan penanganan danpendidikan anak.
  2. Sebagai advokat (as advocates), yang mengerti, mengusahakan, danmenjaga hak anak dalam kesempatan mendapat layanan pendidikan sesuaidengan karakteristik khususnya.
  3. Sebagai sumber (as resources), menjadi sumber data yang lengkap dan benar mengenai diri anak dalam usaha intervensi perilaku anak.
  4. Sebagai guru (as teacher), berperan menjadi pendidik bagi anak dalam kehidupan sehari-hari di luar jam sekolah.
  5. Sebagai diagnostisian (diagnosticians) penentu karakteristik dan jenis kebutuhan khusus dan berkemampuan melakukan treatmen, terutama di luar jam sekolah.

Peran orang tua dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus, memiliki peran yang sangat vital. Orang tua sebagai orang yang sudah dari awal hidup bersama dengan anak sejak mulai dilahirkan, mereka memahami betul tentang bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Ketika anak memasuki masa sekolah dituntut untuk proaktif dengan para guru terkait pertumbuhan dan perkembanganya. Potensi dan bakat yang nampak pada diri anak sangat penting sekali untuk diinformasikan kepada guru sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam memberikan program pendidikan yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus. Sehingga dalam perkembanganya anak akan tumbuh bersama bakatnya tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadis. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung : Alfabeta

Effendi, Mohammad. 2006. Pengantar Pedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hewett dan Frenk, D. 1968. The Emotionally Child in The Classroom Disorders. USA: Ellyn and Bacon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *