
Global development delay (GDD) ialah kecacatan perkembangan dalam arti terdapat adanya penundaan yang signifikan pada dua/lebih domain perkembangan antara lain : personal sosial, gross motor (motorik kasar), fine motor (motorik halus), bahasa, kognitif dan aktivitas sehari-hari. Global development delay menjadi faktor utama dari sebagian besar neurodevelopmental disorder. Pada anak dengan global development delay umumnya terjadi pada umur dibawah 5 tahun (Van et al., 2017). Evaluasi dan investigasi pada anak dengan global development delay mengungkapkan penyebab 50-70% dari kasus ini. Pada kasus ini dapat meninggalkan minoritas yang besar, jika dibandingkan dengan anak seusianya. Mulai dari terlambatnya kemampuan fungsionalnya hingga retardasi mental. Anak dengan global development delay bisa saja mengalami retardasi mental selain dari keterlambatan pada fungsionalnya, tapi tidak semua anak dengan GDD mengalaminya. Semua tergantung pada penyebab yang membuat kondisi anak mengalami keterbelakangan mental (Walters, 2010). Global development delay adalah manifestasi dari berbagai kelainan neurodevelopmental (mulai dari disabilitas belajar hingga kelainan neuromuscular).
Mendeteksi Global Development Delay pada Anak
Penyebab keterlambatan perkembangan umum pada anak bisa disebabkan karena bermacam-macam hal. Penyebab yang dapat memicu terjadinya GDD adalah faktor yang diperoleh karena suatu penyebab antara lain :
a. Penyabab saat Prenatal / Perinatal :
- Terpapar teratogens atau racun
- Asfiksia intrapartum
- PrematurInfeksi kongenital
- Kongenital hipotiroidisme
- Trauma saat kelahiran
- Hemoragic intracranial
b. Penyebab saat Postnatal :
- Infeksi (meningitis, ensefalitis)
- Trauma otak
- Penyebab dari lingkungan, misalnya kurangnya nutrisi (Pediatric Clerkship – University of Chicago, 2012).
Penyebab lain GDD antara lain genetik atau sindromik, metabolik, endokrin, trauma, penyebab dari lingkungan, malformasi serebral, cerebral palsy, infeksi, dan toxin (Walters, 2010). Tanda klinis ini bisa kita deteksi. Cara mudah mendeteksi keterlambatan perkembangan umum pada anak adalah dengan melakukan skrining perkembangan secara berkala. “Kita bisa menanyakan kepada petugas kesehatan, idealnya dilakukan saat anak sedang sehat, misalnya pada kunjungan untuk imunisasi,” kata dr. Catharine Mayung Sambo. Dan ada baiknya skrining tumbuh kembang ini dijalani secara berkala sebelum anak menunjukkan tanda bahaya perkembangan anak. Untuk itu terdapat beberapa tanda dan gejala yang bisa membantu orang tua untuk memantau perkembangan anak.
Perkembangan anak dapat dilihat melalui lima aspekyang terdiri dari: motorik kasar, motorik halus, pengamatan, bicara dan sosialisasi. Dari kelima aspek tersebut yang dapat di lihat secara holistik / menyeluruh,
contohnya:
Anak usia 4 bulan, saat tengkurap dan di depannya diletakkan mainan anak harus sudah mampu menumpu dengan lengan dan siku yang menekuk (motorik kasar). Anak mampu bermain dengan kedua tangan nya (motorik halus) jika diberikan mainan, anak memperhatikan mainan nya (pengamatan) dan sesekali bermain bibir sambil mengeluarkan air liur nya (bicara), ketika digendong dan di ajak bicara oleh ibu, anak mampu tersenyum pada ibu nya (bersosialisasi).
Anak usia 8 bulan, mampu duduk sendiri menggenggam mainan dengan seluruh permukaan tangan (motorik halus) kemudian mengambil posisi onggong – onggong sambil bertahan ketika mengambil mainan (motorik kasar), ketika mainan nya terjatuh dari atas meja ke bawah, anak mampu memperhatikan mainan yang terjatuh (pengamatan), anak mampu mengeluarkan suara bubbling seperti ma..ma.. pa..pa.. da..daa.. (bicara), saat bermain ciluk baa anak sudah mampu merespon dengan tersenyum atau tertawa (bersosialisasi).
Anak usia 12 bulan, mampu berdiri sendiri dan berjalan sambil berpegangan tangan (motorik kasar), mampu mengambil benda kecil dengan ujung ibu jari dan jari telunjuk (motorik halus), ketika anak bermain mobil – mobilan atau boneka – bonekaan, anak sudah mampu mengucapkan atau lebih tahu artinya (bicara), ketika ibu meminta mainanannya, anak sudah mampu memberikan mainan pada ibu atau bapak atau orang di sekitar nya (bersosialisasi).
Anak usia 18 bulan, berlari tanpa terjatuh (motorik kasar), menyusun tiga balok mainan (motorik halus), anak sudah mampu memasangkan gelas dengan tutupnya (pengamatan), anak sudah mampu diajak bicara dengan mengucapkan sepuluh kata atau lebih dan mengetahui artinya (bicara), anak sudah mampu menyebutkan nama nya (bersosialisasi).
Anak 24 bulan, bermain melompati garis ke dapan (motorik kasar), saat anak mau minum sudah mampu memutar tutup botol nya (motorik halus), anak sudah mampu menyebutkan beberapa anggota tubuhnya (pengamatan), ketika ibu bertanya, anak sudah mampu menjawab dengan kalimat yang terdiri dari dua suku kata (bicara), anak sudah mampu meniru kegiatan orang dewasa seperti mencuci sepatu, mencuci baju (bersosialisasi)
Bagaimana Menangani Global Development Delay?
Penanganan keterlambatan perkembangan umum pada anak tergantung kondisi atau penyebabnya. Biasanya penanganannya akan tergantung pada ranah perkembangan mana yang mengalami keterlambatan, serta pada usia berapa keterlambatan ini terdeteksi. Menurut dr. Catharine Mayung Sambo, jangan khawatir terhadap pertumbuhan fisik anak. Pada anak yang mengalami keterlambatan perkembangan umum, proses pertumbuhan masih terus berlangsung. Maka dari itu dalam penanganan kasus ini peran fisioterapi sangatlah penting dalam membantu mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak serta fungsi terhadap anak yang mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembanganya, sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsionalnya.
Untuk pencegahan terjadinya keterlambatan dalam tumbuh kembang, pendekatan fisioterapi sudah bisa dimulai dari awal sejak anak masih bayi. Pengertian Fisioterapi Anak adalah salah satu tenaga kesehatan yang menangani adanya keterlambatan, gangguan dan kelainan pada alat dan fungsi gerak pada anak – anak dari lahir sampai dengan remaja. Fisioterapi anak mulai berperan melalui pijat bayi baik terhadap bayi normal ataupun prematur dan juga sampai skrining tes terhadap tumbuh kembang si bayi yang tujuan utamanya adalah untuk mengetahui apakah bayi tersebut mengalami gangguan secara motorik kasar, motorik halus, perilaku sosial, dan bahasa yang disesuaikan dengan usianya. Dengan pendekatan fisioterapi sejak usia masih bayi sehingga secara motorik baik motorik halus maupun motorik kasarnya sudah disiapkan untuk menghadapi proses tumbuh kembangnya kedepan, dan diharapkan bayi tidak mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembangnya. Dan jika anak mengalami keterlambatan akan sedini mungkin dapat diketahui dan dilakukan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi bayi atau anak tersebut.
Sumber:
Nor Halimah, Wahyu. 2018.Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Global Delay Development Dengan Riwayat Congential Rubella Syndrome Di PNTC Karanganyar. Program studi: Fisioterapi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
https://www.rs-jih.co.id/readmore/fisioterapi-anak-untuk-tumbuh-kembangnya
https://www.orami.co.id/magazine/global-development-delay-pada-anak