DISLOKASI SHOULDER JOINT

Shoulder atau sendi bahu adalah persendian yang menghubungkan lengan dengan badan. Sendi ini dibentuk oleh tulang humerus, scapula, dan clavicula. Jenis persendian ini adalah ball and socket synovial joint yang disusun untuk memungkinkan lengan bergerak ke berbagai arah. Fungsi utama shoulder girdle adalah untuk memposisikan dirinya untuk mengakomodasi pergerakan sendi.

PENGERTIAN

Dislokasi adalah pemisahan lengkap permukaan-permukaan yang disebabkan tertariknya kapsul. Dislokasi dapat merupakan komplikasi pada fraktur ujung atas humerus.

Dislokasi bisa terjadi baik secara  keseluruhan atau sebagian, meskipun kebanyakan dislokasi terjadi pada bagian depan bahu. Selain itu, jaringan serat yang bergabung dengan tulang bahu bisa tertarik atau robek dan seringkali memperburuk dislokasi.

Terjadinya dislokasi berulang atau yang biasa disebut reccurent dislocation disebabkan apabila terjadi lepasnya labrum glenoid atau terjadi perpisahan antara kapsul dan kepala glenoid, sehingga lebih mudah untuk terjadinya dislokasi berulang.

PENYEBAB

Penyebab dislokasi shoulder umumnya adalah trauma yang menyebabkan stress pada ligamen sehingga caput humerus terlepas dari glenoid shoulder. Berikut ini beberapa penyebab lain dari dislokasi shoulder :

Cedera olahraga. Pada olahraga terjadi banyak kontak tubuh, seperti olahraga sepak bola, hoki, voli yang mengandung beberapa risiko jatuh maupun tersonggol lawan.

Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga. Benturan yang keras dan kencang pada bahu saat kecelakaan kendaraan baik motor maupun mobil menjadi penyebab umum dari dislokasi.

Jatuh. Saat terjatuh, tangan akan refleks untuk menahan tubuh. Hal ini yang dapat mengakibatkan dislokasi sendi.

Kesetrum. Ketika tersengat arus listrik, otot lengan dapat dapat melakukan gerakan tidak terkontrol yang dapat menyebabkan tulang lengan keluar dari tempatnya.

FAKTOR RISIKO

Riwayat dislokasi bahu sebelumnya : pasien dengan riwayat dislokasi akan lebih mudah mengalami redislokasi ulang, terutama bila dislokasi pertama menyebabkan robekan rotator cuff, labrum, atau fraktur glenoid.

Usia : pasien usia ≤ 40 tahun. Hal ini diduga terkait dengan perbedaan aktivitas, keadaan dan tipe serat kolagen otot, dan elastisitas kapsul sendi.

Jenis kelamin : rekurensi dislokasi dilaporkan lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Angka rekurensi pada pria adalah 46,84% dan pada wanita sebesar 27,22%.

Aktivitas fisik : beratnya akitivitas fisik atau olahraga dapat memicu dislokasi

PATOFISIOLOGI

Pada penelitian yang dilakukan Brady dkk tahun 1995 menunjukan hasil yaitu, 95% dislokasi anterior, 4% kasus dislokasi posterior, dan hanya ±0,5% dislokasi inferior. Ligamentum anteromedial dan anteroinferior glenohumeral merupakan ligamen yang cenderung mengalami avulsi dari labrum glenoidale, hal ini yang membuat kecenderungan untuk terjadi dislokasi anterior (Koval dan Zuckerman, 2006). Sedangkan pada dislokasi posterior, biasanya terjadi pada kontraksi otot yang sangat kuat seperti pada keadaan kejang dan tersengat listrik sehingga cukup jarang ditemukan dislokasi posterior

TINDAKAN PENANGANAN

  • Reduksi Tertutup

Dokter akan memberikan obat tidur dosis rendah atau obat penahan sakit sebelum menggeser tulang lengan atas secara perlahan kembali ke kantungnya. Rasa sakit yang diderita biasanya akan segera menghilang segera setelah sendi bahu kembali ke tempatnya.

  • Imobilisasi

Penderita harus menjaga bahunya untuk tetap diam dengan menggunakan splint atau sling. Selama beberapa minggu setelah ditangani ke posisi yang benar. Foto rontgen akan dilakukan setelah reduksi untuk mengonfirmasi bahwa sendi bahu telah berada di tempatnya.

  • Obat-Obatan

Selama masa penyembuhan, dokter mungkin akan memberikan obat pereda nyeri, seperti ibuprofen atau acetaminophen.

  • Rehabilitasi

Setelah splint atau sling telah dilepaskan, maka program rehabilitasi akan dimulai secara bertahap untuk mengembalikan rentang gerak, kekuatan, dan stabilitas dari sendi bahu. Pada tahap inilah peran fisioterapi dibutuhkan.

  • Operasi

Pada kasus yang berat, operasi mungkin diperlukan. Pendekatan ini merupakan upaya terakhir dan hanya digunakan pada situasi di mana bahu tidak kembali ke tempatnya setelah dilakukan reduksi tertutup atau jika terdapat kerusakan berat pada pembuluh darah dan otot di sekitarnya.

Operasi juga akan dilakukan jika pasien memiliki sendi bahu yang lemah dan cenderung untuk mengalami kembali dislokasi bahu walaupun telah dilakukan latihan penguatan dan rehabilitasi dengan benar. Operasi juga dapat memperbaiki ligamen atau tendon yang robek pada bahu.

PROSES FISIOTERAPI

Pengukuran derajat nyeri dengan VAS. Dari pemeriksaan gerak aktif didapatkan pasien dapat menggerakkan bahu kanan ke segala arah, tapi pada masing-masing gerakan terdapat keterbatasan ROM/tidak full ROM oleh karena adanya nyeri pada akhir gerakan. Pada pemeriksaan gerak pasif bahu kanan gerak flexi, extensi, abduksi, adduksi, endorotasi dan eksorotasi bahu kanan terdapat keterbatasan gerak karena adanya rasa nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

Rosidah, S., Andriani, I., & Utami, A. P. (2018). TEKNIK PEMERIKSAAN STERNOCLAVICULAR JOINT METODE HOBBS VIEW DENGAN INDIKASI DISLOKASI DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAHSAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 4(2).

Setiyawan, A. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Post Dislokasi Shoulder Dextra Di RSUD Sukoharjo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Siswo, L. Dislokasi Sendi Bahu: Epidemiologi Klinis dan Tinjauan Anatomi. Buku Abstrak: Kongres Nasional Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia Jakrta, 27-28 Maret 2015.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131872516/penelitian/c2FUNGSIONAL%20ANATOMI%20soft%20cpy.pdf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *