CHEST PHYSIOTHERAPY PADA KASUS ISPA AKIBAT KEPUNGAN POLUSI UDARA (JUARA 3 LOMBA ARTIKEL KASTRAD 2023)

Oleh : Ni Komang Triya Darma Cahyani (2302541015), I Komang Saskaraning Radika (2302541037)

Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi Universitas Udayana

Darurat polusi udara di negeri kita khususnya Jakarta dan sekitarnya terus menjadi perhatian besar dan menghiasi pemberitaan media massa, bahkan Jakarta sempat menduduki ujung puncak sebagai kota dengan udara paling berpolusi menurut IQAir (2023) beberapa hari yang lalu. Seperti air, udara merupakan komponen paling penting dalam kehidupan. Maka dari itu, tercemarnya udara akibat polusi memberikan dampak besar bagi berbagai aspek kehidupan terutama kesehatan. Polusi udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya masih didominasi oleh particulate matter 2.5 (PM2.5), yaitu jenis polutan yang memiliki ukuran partikel kurang dari 2,5 mikrometer (Saputra, M.I., 2023). Ukurannya yang sangat kecil membuat PM2.5 dapat meresap ke paru-paru bahkan ke aliran darah sehingga menyebabkan berbagai penyakit akut seperti ISPA, pneumonia, penyakit kardiovaskular dan lainnya. Menurut WHO, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Fakta tersebut diperparah oleh berita dari CNBC Indonesia bahwa pasien ISPA meroket hingga 200.000 orang akibat polusi udara dewasa ini.

Polusi udara menjadi permasalahan bagi kota besar di dunia. Sebanyak 99% populasi dunia menghirup udara yang ternoda polusi. Sumber pencemaran udara sebanyak 90% disebabkan oleh aktivitas manusia, sedangkan 10% merupakan pencemaran karena aktivitas alam (Sudaryanto et al., 2022). Tak hanya di Indonesia yang mengalami polusi udara tapi berbagai kota di seluruh dunia seperti Beijing di China dan Dubai di Uni Emirat Arab. Penyebab polusi udara di dunia disebabkan oleh aktivitas industri dan asap kendaraan (Kementerian Kesehatan, 2021)

ISPA adalah infeksi akut yang menyerbu satu atau lebih saluran pernapasan mulai dari hidung hingga jaringan dalam paru-paru (L. Sari et al., 2020). ISPA paling banyak menyerang anak-anak balita dan lansia atau kelompok- kelompok tertentu karena memiliki daya tahan tubuh yang kurang dari orang-orang yang sehat pada umumnya. Gejala dan penjelmaan ISPA yang bervariasi mulai dari batuk, pilek, produksi lendir pada paru-paru yang berlebih, hingga kesulitan bernapas, membuat penanganan ISPA yang diperlukan juga bervariasi. ISPA dapat ditangani dengan terapi farmakologi (menggunakan obat) dan terapi non farmakologi (tanpa obat). Terapi non farmakologi yang dapat diimplementasikan adalah chest physiotherapy (Astuti et al., 2020) Chest physiotherapy atau fisioterapi dada merupakan salah satu metode fisioterapi yang pada umumnya dilakukan oleh seorang fisioterapis untuk menangani kasus masalah pernapasan baik bersifat akut maupun kronis dengan gabungan beberapa teknik. Tujuannya untuk membantu mensekresikan dan mengurangi dahak atau lendir yang menumpuk pada paru-paru, sehingga efisiensi dari jalan napas seseorang khususnya penderita ISPA dapat meningkat serta menguatkan otot-otot pernapasan (Kurniyawati, 2015). Kombinasi teknik dalam fisioterapi dada yang dapat menolong menangani gejala ISPA khususnya batuk yang meliputi clapping, vibrasi dan drainage postural.

Clapping atau disebut juga perkusi dada, merupakan metode manual dengan tepukan di dada/punggung dada bagian bawah lengan pasien dengan tujuan mengurangkan lendir yang kental dan lengket dari sisi paru-paru sehingga lendir bisa berpindah ke saluran napas yang lebih besar dan mengurangi penumpukan. Pada teknik vibrasi, dilakukan getaran pada dada untuk mendorong lendir /dahak dari jalan napas sehingga dapat keluar dengan memerintahkan pasien untuk menarik napas dengan lambat melalui hidung dan dihembuskan melalui mulut, lalu digetarkan dengan cepat selama 5 menit. Sedangkan drainage postural atau postural drainase dilaksanakan dengan memberikan posisi pada pasien yang berlawanan dengan lokasi segmen dari paru-paru yang terdapat sumbatan (Hanafi, P.C.M.M. dan Arniyanti, A., 2020).

Teknik-teknik chest physiotherapy di atas efektif menaikkan volume pengeluaran dahak pada pasien yang telah dibuktikan lewat berbagai hasil penelitian. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Ariasti (2014) bahwa chest physiotherapy memberikan perubahan terhadap kebersihan jalan napas pasien ISPA di Desa Pucung Eromoko Wonogiri, dimana terdapat peningkatan pengeluaran dahak dan bersihan paru-paru (Ariasti, D. dan Aminingsih, S., 2014).

Dinyatakan juga hasil penelitian dari Hidayatin (2020) bahwa chest physiotherapy secara efektif meningkatkan bersihan jalan napas apabila dilakukan minimal 20 menit setiap sesi dengan teknik drainage postural, vibrasi, dan clapping.

Gambar 1. Teknik-teknik chest physiotherapy

Sumber : https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/fisioterapi-dada-43535212

Jadi, dapat ditarik suatu benang merah bahwa chest physiotherapy terbukti dapat mensekresikan dahak keluar melalui kerongkongan dan melancarkan saluran napas. Referensi-referensi yang merujuk pada hasil penelitian semakin memperkuat validitas dari teknik chest physiotherapy dalam menangani kasus dan masalah ISPA sebagai dampak krusial polusi udara yang mengepung Indonesia beberapa waktu terakhir. ISPA tidak hanya menjadi dampak jangka pendek dari polusi udara, tapi juga berpeluang besar dalam menimbulkan dampak jangka panjang seperti penyakit paru-paru obstruktif kronis, kanker paru-paru dan lainnya. Sehingga selain pelayanan kesehatan secara kuratif seperti chest physiotherapy, upaya promotif dan preventif juga sangat diperlukan. Tidak hanya dari fisioterapis maupun tenaga kesehatan lainnya, tetapi juga sinergi dari berbagai pihak demi menyukseskan segala upaya menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan pernapasan masyarakat ditengah kepungan polusi udara.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W.T. and Dewi, S.S., 2020. Penerapan Fisioterapi Dada Terhadap Status Respirasi Pada An. A Dengan Bronkopneumonia. Jurnal Kesehatan, 9(1), pp.47-52.

Hanafi, P.C.M.M. and Arniyanti, A., 2020. Penerapan Fisioterapi Dada Untuk Mengeluarkan Dahak Pada Anak Yang Mengalami Jalan Napas Tidak Efektif. Jurnal Keperawatan Profesional (KEPO), 1(1), pp.44-50.

Kahasto, R.T.P. and Wahyuningsih, W., 2022, March. Penerapan Fisioterapi Dada Untuk Meningkatkan Efektivitas Jalan Nafas Dan Mengurangi Kecemasan Pada Anak Dengan ISPA. In Proceeding Widya Husada Nursing Conference (Vol. 2, No. 1).

Mustafa, M., Sunuh, H.S., Subagyo, I. and Bungawati, A., 2023. Pencemaran Udara dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Saputra, M.I., 2023. DAMPAK PENCEMARAN UDARA TERHADAP KESEHATAN, BANGUNAN BERSEJARAH DAN EKOSISTEM: KONDISI GLOBAL DAN DI INDONESIA. Journal of Syntax Literate, 8(2).

Putri, H. dan Soemarno, S. 2013. PERBEDAAN POSTURAL DRAINAGE DAN LATIHAN BATUK EFEKTIF PADA INTERVENSI NABULIZER TERHADAP PENURUNAN FREKUENSI BATUK PADA ASMA BRONCHIALE ANAK USIA 3-5 TAHUN. Jurnal Fisioterapi 13(1).

Aryayuni, C. dan Siregar, T. 2015. Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Dahak Pada Anak Dengan Penyakit Gangguan Pernafasan Di Poli Anak RSUD Kota Depok. Jurnal Keperawatan Widya Gantari 2(2): 34-42

Media Sosial IMFI Wilayah III

Youtube : https://youtube.com/@imfiwilayah3899?si=K98ZDqB8YB0yjGWN

Instagram : https://instagram.com/imfi.wilayah3?igshid=MzMyNGUyNmU2YQ==

Facebook : https://www.facebook.com/profile.php?id=100014562847470&mibextid=ZbWKwL

X : https://x.com/wilayah3imfi?t=4x_FttKHRxxjBRFtxyYCKw&s=09

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *