
Masa tumbuh kembang adalah masa yang sangat riskan terhadap berbagai hal yang dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak. Permasalahan dapat timbul sejak dalam kandungan, saat kelahiran, maupun periode awal kehidupan. Gangguan tumbuh kembang tersebut dapat berupa kerusakan atau kelainan pada otak. Adapun gangguan proses tumbuh kembang yang saat ini jumlahnya bertambah adalah cerebral palsy (CP).
Cerebral Palsy adalah sekelompok gangguan perkembangan motorik dan postur yang bersifat non progresif serta menyebabkan keterbatasan aktifitas, akibat dari kerusakan otak karena otak belum mencapai maturasi. Selain gangguan perkembangan motorik dan postur, biasanya disertai gangguan sensorik, kognisi, bahasa, dan/atau perilaku (IDAI, 2010). Saat ini angka kejadian CP di Negara-negara maju tetap tinggi sekitar dua dari setiap 1000 kelahiran hidup, bahkan ada kecenderungan bertambah meskipun terdapat kemajuan di bidang obstetric dan perawatan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) (IDAI, 2010). Ada beberapa modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk menangani gangguan gerak dan fungsi anak cerebral palsy yaitu pendekatan NDT (Bobath), Hidroterapi, PNF dan lain-lain. Tujuan dari metode NDT adalah menghambat pola gerak abnormal, normalisasi tonus serta memudahkan gerakan yang normal (connor (2004) Randy (2015)). Sedangkan menurut Shepherd (1997) dalam Randy (2015) pendekatan NDT mampu meningkatkan kemampuan aktivitas pasien serta memperbaiki tonus otot yang abnormal.
Bobath atau Neuro Development Treatment (NDT) yaitu suatu teknik yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Neuro development treatment adalah modalitas yang mempunyai tujuan utama untuk normalisasi tonus otot dan menerapkan gerakan normal yang benar. Metode ini khususnya ditujukan untuk menangani gangguan sistem saraf pusat pada bayi dan anak-anak. Metode NDT mempunyai beberapa teknik, yaitu Inhibisi, Key Point of Control, Fasilitasi, dan Stimulasi Propriosepsi.
Prinsip utama yang mendasari metode NDT :
- Normalisasi tonus otot.
- Fasilitassi pola gerakan normal dalam aktifitas keseharian.
- Variasi gerakan yang mengarah pada fungsional.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dilakukan penanganan antara lain abnormalitas pola gerakan yang disebabkan oleh pola patologis dan postur yang abnormal serta tonus otot yang berubah-ubah. Tetapi harus bersifat fungsional dan berhubungan dengan aktivitas keseharian, serta terapi harus bersifat multidisipliner (pendekatan tim) dan harus menyatu dengan keseharian anak dengan kondisi cerebral palsy (Rood, 2000).
Prinsip dasar teknik metode NDT meliputi 3 hal yaitu:
- Patterns Of Movement
Gerakan yang terjadi pada manusia saat bekerja adalah pada pola tertentu dan pola tersebut merupakan representasi dari control level kortikal bukan kelompok otot terntentu. Pada anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pola gerak yang terjadi sangat terbatas, yang mana dapat berupa dominasi refleks primitif, berkembangnya pola gerak abnormal karena terbatasnya kemampuan bergerak, dan adanya kompensasi atau adaptasi gerak abnormal. Akibat lebih lanjut anak atau penderita akan menggunakan pola gerak yang abnormal dengan pergerakan yang minim.
- Use Of Handling
Handling bersifat spesifik dan bertujuan untuk normalisasi tonus, membangkitkan koordinasi gerak dan postur, pengembangan ketrampilan, dan adaptasi respon. Dengan demikian anak atau penderita dan dituntun untuk memperbaiki kualitas gerak dan tidak dibiarkan bergerak pada pola abnormal yang dimilikinya.
- Prerequisites For Movement
Agar gerak yang terjadi lebih efisien, terdapat 3 faktor yang mendasari yaitu:
- Normal postural tone mutlak diperlukan agar dapat digunakan untuk melawan gravitasi,
- Normal reciprocal innervations pada kelompok otot memungkinkan terjadinya aksi kelompok agonis, antagonis, dan sinergis yang terkoordinir dan seimbang.
- Postural fixation mutlak diperlukan sehingga kelompok otot mampu menstabilkan badan atau anggota gerak saat terjadi gerakan/aktivitas dinamis dari sisa anggota gerak.
Teknik-teknik dalam NDT
- Inhibisi adalah penghambatan atau penurunan pola-pola sikap dan gerakan abnormal dengan menggunakan sikap hambat reflek atau Reflek Inhibitory Postures (RIP). Dengan memberikan posisi RIP yang benar dan arah yang benar maka sekuensis dari abnormlitas tonus otot postural akan terjadi dan sekuensis ini secara terus menerus diikut sertakan pada terapi. Pada kondisi CP spastic quadriplegi terdapat pola spastisitas pada lengan dan tungkai. Pola spastisitas pada lengan dngan pola adduksi dan internal rotasi shoulder, fleksi elbow, pronasi lengan bawah, fleksi dan ulnar deviasi wristdan fleksi jari-jari. Sedangkan pola spastisitas yang terdapat pada kedua tungkai dengan pola adduksi dan internal rotasi hip, fleksi knee, plantar fleksi dan inverse ankle serta fleksi jari-jari. Maka diperlukan inhibisi kea rah kebalikan dari pola spastic tersbut (Sidarta, 1997).
- Fasilitasi, bertujuan untuk mempermudah gerakan motorik normal dan menanamkan pola gerak normal. Pada kasus ini fasilitasi yang digunakan adalah fasilitasi merangkak, dan berguling. Fasilitasi adalah upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi automatik dan gerak motorik yang sempurna pada tonus otot normal.Tekniknya disebutkey point of control. Tujunnya: untuk memperbaiki tonus postural yang normal, untuk memelihara dan mengembalikan kualitas tonus normal, untuk memudahkan gerakan-gerakan yang disengaja, diperlukan dalam aktifitas sehari-hari (Tromboly, 1989).
- Stimulasi, bertujuan untuk memelihara posisi, dan memperkuat otot melalui propioseptik dan taktil (Waspada, 2010). Berguna untuk meningkatkan reaksi pada anak, memelihara posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara otomatis.
Kesimpulan
Cerebral palsy merupakan gabungan dari dua kata, yakni cerebral yang berasal dari kata cerebrum berarti otak dan palsy berarti kekakuan. Sehingga cerebral palsy memiliki arti kekakuan yang disebabkan oleh hal-hal yeng terletak di dalam otak. Ada beberapa modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk menangani gangguan gerak dan fungsi anak cerebral palsy yaitu pendekatan NDT (Bobath), Hidroterapi, PNF dan lain-lain. Tujuan dari metode NDT adalah menghambat pola gerak abnormal, normalisasi tonus serta memudahkan gerakan yang normal. Teknik-teknik dalam NDT antara lain: Inhibisi, bertujuan untuk normalisasi otot dengan menghambat pola abnormal yang terjadi menjadi pola normal tubuh. Fasilitasi, bertujuan untuk mempermudah gerakan motorik normal dan menanamkan pola gerak normal. Serta Stimulasi, bertujuan untuk memelihara posisi, dan memperkuat otot melalui propioseptik dan taktil.
Daftar Pustaka
Kharisma Wardani, F. 2016. Pelaksanaan Neuro Developmental Treatment (NDT) Pada Cerebral Palsy Diplegi Type Spastik Di Pntc Karanganyar. KTI.Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yunysa Pamilih, C. 2014. Penatalaksanaan Neuro Development Treatment (NDT) Pada Kasus Cerebral Palsy Spastic Quadriplegi Di Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta. KTI.Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Abdul Salim. 2007. Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.