BELL’S PALSY

Definisi

Bell’s Palsy adalah paralisis pada nervus fasialis (N.VII) yang bersifat akut dan ipsolateral. Paralisis ini mengakibatkan terjadinya kelemahan otot-otot wajah dan platisma. Kelemahan otot wajah maksimal akan terlihat jelas dalam jangka waktu 2 hari. Seorang ilmuan yang pertama kali mendeskripsikan Bell’s Palsy merupakan Sir Charles Bell seorang ilmuan dari Skotlandia tahun 1821. Tumbuhnya Bell’s Palsy ini bisa dalam waktu kurang dari 72 jam (Wimala Retno Amanda, 2019).

Etiologi

Bell’s Palsy adalah kelumpuhan nervus VII jenis perifer yang timbul secara akut yang penyebabnya belum di ketahui, tanpa adanya kelainan neurologik lain. Pada sebagian besar penderita Bell’s Palsy kelumpuhan akan sembuh total, namun pada beberapa di antara mereka kelumpuhanya sembuh dengan meninggalkan gejala sisa. Gejala sisa ini dapat berupa kontraktur, sinkinesia atau spasme spontan (Zainal Abidin, dkk, 2017).

Bell’s Palsy merupakan penyakit utama saraf fasialis yaitu sekitar 80%, di ikuti dengan sindrom Ramsay-Hunt. Penyakit tersebut mengenai baik Laki-laki maupun perempuan, dengan puncak usia antara 15 tahun – 50 tahun. Perempuan hamil trisemester ketiga dan perempuan post partum memiliki resiko dan insiden tinggi terkena penyakit tersebut yaitu tiga kali lebih besar dibandingkan populasi umum. Kelompok rentan lainya adalah penderita diabetes, usia lanjut dan hipotiroid (Edho Yuwono, 2016).

Gejala

Selain kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi tidak didapati gangguan lain yang mengiringinya, bila paresisnya benar-benar bersifat Bell’s palsy. Tetapi dua hal yang harus disebut sehubungan dengan ini. Pertama, air mata yang keluar secara berlebihan di sisi kelumpuhan dan pengecapan pada 2/3 lidah sisi kelumpuhan kurang tajam. Gejala tesebut pertama timbul karena konjungtiva bulbi tidak dapat penuh ditutupi kelopak mata yang lumpuh sehingga mudah iritasi angina, debu dan sebagainya. (Arif, 2008).

Pengobatan

Terapi infra red radiasi dari panjang gelombang yang lebih panjang dari ujung merah spectrum yang terlihat, meluas ke wilayah microwave, dari 7070 nm menjadi 12500nm. Infra red sangat bermanfaat karena meningkatkan sirkulasi dan dengan demikian mengurangi tekanan edema. Aplikasi infra red menghasilkan vasodilatasi lokal dari bagian yang di radiasi dan karena pasien mendapatkan sirkulasi yang lebih baik yang menyebarkan eksudat inflamasi (Zainal Abidin, dkk, 2017).

Mirror exercise adalah intervensi terapeutik yang relatif baru yang berfokus pada menggerakan anggota tubuh yang tidak rusak. Hal ini adalah bentuk citra dengan cermin di gunakan untuk menyampaikan rangsangan visual ke otak melalui pengamatan bagian tubuh yang tidak terpengaruh saat individu melakukan serangkaian gerakan. (Wimala Retno Amanda, 2017)

Electrical Stimulation memiliki peran dalam penurunan nyeri.Stimulasi listrik yang di terima akan diterima oleh ujung-ujung saraf sensoris dan meneruskan ke hipotalamus untuk memproduksi hormon pereda nyeri yaitu endorfin.Menurut teori kontrol pintu gerbang/Gate Control Theory menyebabkan 3 rangsangan terhadap serabut nosiseptor (A delta dan C) menyebabkan substansi gelati-nosa rolandi (SG) tidak aktif sehingga gerbang terbuka dan ini memungkinkan impuls noksius di teruskan ke sentral sehingga sensasi nyeri akan di rasakan.Bila terjadi aktifitas pada serabut aferen yang ber diameter besar (A Beta) maka akan mengaktifkan sel-sel interneuron di SG dengan kata lain SG menjadi aktif sehingga terjadi peningkatan kontrol pre-sinapsis sehingga gerbang akan menutup yang berujung terinhibisinya transmisi impuls nyeri ke sistem sentral sehingga kualitas nyeri akan menurun (Suci Amanati, dkk, 2017)

Pemberian stimulasi electris bertujuan untuk menstimulasi dan menimbulkan kontraksi otot wajah sehingga mampu menfasilitasi gerakan dan meningkatkan kekuatan otot wajah.Electrical stimulation dengan Arus Faradik.Arus Faradik adalah arus listrik bolak-balik yang tidak simetris yang mempunyai durasi 0,01-1ms dengan frekuensi 50-100 cy/detik (Suci Amanati, dkk, 2017)

Pencegahan

Bell’s Palsy mulai gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan tinggi serat serta rutin berolahraga Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin

Daftar pustaka

Dwiki Candra Kurniawan. 2020. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Bell’s Palsy Dekstra Dengan Menggunakan Modalitas Electrical Stimulation, Infra Red Dan Mirror Exercise Di Rumah Sakit Daerah Bagas Waras Kabupaten Klaten. Klaten. Universitas Widya Dharma Klaten.

Nur Fitri Yuliani. 2016. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Bell’s Palsy Dextra Di Rsal Dr. Ramelan Surabaya. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *